Melinjo menjadi komoditas utama bagi sentra industri
rumah tangga di Desa Langkap. Keripik melinjo mentah siap goreng merupakan
salah satu produk yang dihasilkan dari industry tersebut. Mereka biasa
mendapatkan biji melinjo dari beberapa pemasok, kemudian dikupas, disangrai
selanjutnya di-tette atau ditipiskan
hingga membentuk emping lingkaran tipis dengan ukuran bervariasi. Tahap terakhir
dari proses pembuatan emping yakni pengeringan di bawah sinar matahari.
Keripik melinjo mentah siap goreng yang sudah jadi
biasanya mereka pasarkan sendiri di Pasar Baru, Desa Langkap. Proses pembuatan
keripik melinjo yang ada masih dilakukan secara tradisional dan kurang adanya
pengembangan lebih lanjut, sehingga harga jual dan peminatnya masih
rendah. Adanya program pengembangan
produk serta pemasaran keripik melinjo dari kelompok 45 KKN Tematik UTM tahun
2018 diharapkan dapat meningkatkan nilai jual sehingga keuntungan yang
diperoleh dapat lebih tinggi.
Sasaran program kerja ini yakni masyarakat sekitar
Desa Langkap yang didominasi oleh para ibu rumah tangga, acara ini
diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2018 di Balai Pertanian Desa Langkap.
Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh puluhan peserta yang sangat antusias dari
awal hingga akhir acara. Fokus dari pelatihan ini adalah cara pengembangan
produk melalui varian rasa pada produk keripik melinjo serta peningkatan nilai
jual melalui pengemasan yang baik dan menarik. Varian rasa yang dibuat
bermacam-macam mulai dari jagung bakar, barbeque,
pedas manis, dan berbagai varian lainnnya yang dapat menarik konsumen. Selanjutnya
kami berbagi cara pengemasan yang baik agar pemasaran produk yang dihasilkan
dapat lebih mudah dan menjangkau wilayah yang lebih luas. Kemasan yang kami
gunakan berupa kemasan ziplock ditambah
dengan sticker desain kemasan pada bagian depan sehingga dapat lebih menarik
dan produk yang dihasilkan dapat lebih tahan lama.
Pohon pisang tumbuh subur di tanah Langkap ini.
Meskipun tidak semua rumah memiliki pohon pisang namun pohon ini cukup sering
ditemukan di pekarangan rumah warga. Kebanyakan warga menaman pohon pisang
hanya untuk diambil daunnya. Pada umumnya daun pisang ini digunakan sebagai
bungkus pepes, alas makan, bungkus lontong dan berbagai kebutuhan dapur lain. Hal
ini karena jenis pisang yang ditanam warga didominasi oleh pisang biji. Pisang
jenis ini memiliki buah dengan daging yang dipenuhi oleh biji sehingga tidak
dapat dikonsumsi.
Bukan hanya buahnya yang tidak dimanfaatkan, jantung
pisang juga dibuang percuma oleh warga. Padahal jantung pisang mengandung
banyak serat yang baik bagi pencernaan. Selain itu jantung pisang juga kaya
akan berbagai zat yang baik bagi kesehatan seperti fosfor, mineral, kalsium,
vitamin B1 dan vitamin C (Panji 2012). Dengan kata lain jantung pisang menjadi
salah satu bahan pangan yangg mengandung gizi yang paling komplit. Jantung
pisang juga sangat aman dikonsumsi bagi mereka yang sedang menjalani program
diet. Hal ini karena bahan pangan ini kaya akan serat dan kandungan lemak yang
sangat rendah sehingga menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama (Anem 2011 dalam Novitasari et al. 2013).
Jantung pisang sejatinya merupakan bunga dari pokok
pisang (Musa sp.) yaitu sejenis
tumbuhan dari keluarga Musaceae yang berfungsi untuk menghasilkan buah pisang.
Jantung pisang muncul saat pisang mengalami proses berbunga dan menghasilkan
tandan pisang hingga lengkap. Ukuran tandan maupun jantung pisang berbeda-beda
pada masing-masing jenis pisang. Jantung pisang memiliki cairan berwarna jernih
dan akan menjadi pudar apabila terkena udara dari lingkungan sekitar
(teroksidasi) (Panji 2012 dalam
Novitasari et al. 2013).
Seperti yang sudah dijelaskan secara ringkas di atas
bahwa potensi jantung pisang yang cukup besar belum dimanfaatkan oleh warga
sehingga melalui program KKN ini dibuatlah sebuah inovasi pangan nugget dari
jantung pisang yang diberi nama TOPI NUGGET. Nama Topi Nugget ini berasal dari
kata Tongkol Pisang yang sebenarnya merupakan sebutan dari jantung pisang oleh
masayarakat setempat. Sasaran uatama dari pelatihan inovasi produk ini adalah
Ibu-Ibu rumah tangga setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar